Skip to main content

Toko Buku

Setiap kali aku melangkah ke toko buku. Hatiku ini selalu dilingkupi sayup-sayup kegembiraan. Keriangan-keriangan kecil meloncat genit seiring dengan langkahku. Kamu tahu kenapa? Di hamparan buku itu aku menemukan dirimu. Di tumpukan tinggi menjulang itu kamu terlihat lebih nyata dari apapun. Kamu ada di setiap sudut toko buku. Kamu ada disetiap lembar halaman dalam ribuan buku yang ada di sini.

Kamu adalah buku best seller. Kamu juga adalah buku diskon yang berasal dari beberapa tahun ke belakang. Kamu adalah buku tebal, dengan sampul hardcover yang kerasnya melebihi kekerasan hatiku untuk membelinya. Kamu adalah buku dengan sampul tipis berwarna-warni nan cantik memikat mataku untuk segera memilikimu.

Dan aku masih sendiri di sini. Di antara lalu lalang orang yang memperebutkanmu. Di antara hingar bingar manusia yang memilih dan memilahmu. Di antara tangan-tangan dan mulut-mulut yang beradu memutuskan mana buku yang terbaik. Kamu tersisihkan.

Aku mencintai seluruhnya tentangmu. Kamu yang keras, kamu yang indah, kamu yang berpikiran rumit, dan kamu yang jenaka. Bagiku seluruh toko buku ini adalah kamu. Aku tidak datang seperti orang-orang itu. Yang hanya singgah sebentar dan menyukai sebagian darimu. Aku mencintai seluruhnya tentangmu.

Kamu adalah buku sastra bagiku. Yang tiap sajaknya sulit dimengerti namun selalu membuatku ingin terus mencari tahu.

Kamu adalah buku dongeng bagiku. Terlalu kanak-kanak namun ku akui aku masih sering mencarimu.

Kamu adalah buku biografi bagiku. Setiap ceriramy tentang kehidupanmu semakin membuatku ingin memilikimu.

Tapi sayang, siapa orang yang mampu membeli seisi toko buku?

Bukan aku.

#SalamPurplyncess

Comments

Popular posts from this blog

Kembali

Akhirnya langkah kita tiba pada penghujung senja Yang ternyata warnanya lebih jingga dari yang kita duga Tidak apa-apa Aku tetap ada di sini Di setiap senja yang kau temui Aku tetap ada di sini Jika kau memutuskan untuk kembali Aku tetap ada di sini Meski kau tak akan pernah kembali

Sudut Ruang

Melihat ke sudut ruang seperti melihat sesuatu yang tak terlihat. Bukan, bukan tak terlihat, tapi suatu sisi yang sengaja tak ingin dilihat.  Suatu sisi yang kadang terabaikan, tapi kadang menjadi tempat bersandar untuk mencari sang sepi. Ya, jika anda ingin menemui sang sepi, pergilah ke sudut ruang. Di sana sang sepi selalu ada. Sang sepi yang selalu mencari kawan. Sang sepi yang selalu berteriak memanggil anda dari sudut ruang, teriakannya bahkan tak akan didengar. Sepi. Sepi bukan bising. Bahkan bertemn dengan bising pun tak mau. Tapi kadang sepi lebih bising dari suara-suara asing di sudut kota ini. Sang sepi ada di sudut ruang, suaranya menggema memantul dari dinding ke dinding. Tapi bising ada di sudut kota, suaranya terus mengikuti laju angin, suaranya terus berlalu dan.... Hilang. Sepi. Jadilah sang sepi yang menunggu di sudut ruang.  #SalamPurplyncess