Skip to main content

Hujan Sia-Sia

Dalam naungan kemarau panjang.
Engkau masih berjalan lurus.
Meniti setiap tetes peluh.
Namun tak jarang air mata.

Dan kau tak menyerah.
Dalam semua kering ilalang.
Di balik sekelibat senyuman.
Kau tak berpaling.

Dan aku menawarkan air.
Namun kering lah yang kau cari.
Kemarau yang tak mungkin kau serap lagi.
Panasmu menyeruak nadi.

Dalam sejumput hujan yang kutawarkan.
Engkau hanya menikmatinya sesaat.
Dan tanpa kata meninggalkan penat.
Kemarau kau jelang.

Kemudian aku mencintaimu.
Dalam setiap tetes hujan dan kering kemarau.
Setiap daun yang mengering dan basah karena embun.
Dan semua alasan tanpa logika.
Dan aku masih mencintaimu.
Seberapa besarnya kau menolak hujan.
Seberapa seringnya kau mencari kemarau.

Kemarau itu tak baik untukmu!
Pergilah, kau penat.
Kau hanya terjebak dalam musim tak bertuan.

Dan semua dedikasi hujan.
Dalam semua keringnya kemarau.
Cintamu memang bukan untuk hujan.

Dan hujan bersabarlah.
Tetes hujan tak ada yang sia-sia.

Comments

Popular posts from this blog

Menhadapi Badai

Pada akhirnya aku akan bertemu dengan kedamaian Meski damai itu kosong Tapi merindukanmu hanyalah gemuruh Yang menyuruk Tapi mencintaimu adalah menghadapi badai Yang membuatku perlahan mati

Specific Others

Are we all Have specific others? Are we all Meant to be with specific others? But what if We're all just a lost star A lone wolf A desperate human being Chasing our way home All alone?

Tumbuh

Malam ini hatiku tumbuh lagi Setelah malam-malam mati rasa Aku tidak akan pernah cukup Untukmu hanya untuk sekedar diberi kesempatan Aku tidak akan pernah pantas Untuk sekedar menjalani hidup tepat waktu seperti kebanyakan orang