Skip to main content

Posts

Entah Kemana

Pernah merasa angin membawa daun menjauh dari pohonnya? Pernah merasa angin membawa daun mendekat ke pohonnya? Kau tahu? Arah angin itu tak tentu. Yang pasti, meskipun daun kembali mendekat ke pohonnya, daun yang sudah rontok pada akhirnya tetap akan terbang jauh, entah kemana. Pernah merasa dia menjauhi orang yang pernah dia tinggalkan? Pernah merasa dia mendekati orang yang pernah dia tinggalkan? Kau tahu? Perasaan seseorang itu tak tentu. Yang pasti, meskipun dia kembali mendekat pada yang pernah ia tinggalkan, dia yang meninggalkalkan pada akhirnya akan tetap pergi jauh, entah kemana. #SalamPurplyncess

Toko Buku

Setiap kali aku melangkah ke toko buku. Hatiku ini selalu dilingkupi sayup-sayup kegembiraan. Keriangan-keriangan kecil meloncat genit seiring dengan langkahku. Kamu tahu kenapa? Di hamparan buku itu aku menemukan dirimu. Di tumpukan tinggi menjulang itu kamu terlihat lebih nyata dari apapun. Kamu ada di setiap sudut toko buku. Kamu ada disetiap lembar halaman dalam ribuan buku yang ada di sini. Kamu adalah buku best seller. Kamu juga adalah buku diskon yang berasal dari beberapa tahun ke belakang. Kamu adalah buku tebal, dengan sampul hardcover yang kerasnya melebihi kekerasan hatiku untuk membelinya. Kamu adalah buku dengan sampul tipis berwarna-warni nan cantik memikat mataku untuk segera memilikimu. Dan aku masih sendiri di sini. Di antara lalu lalang orang yang memperebutkanmu. Di antara hingar bingar manusia yang memilih dan memilahmu. Di antara tangan-tangan dan mulut-mulut yang beradu memutuskan mana buku yang terbaik. Kamu tersisihkan. Aku mencintai seluruhnya tentangmu...

Kopi-Kopi

Saat itu pukul 7 malam. Aku mengingatnya. Kau meraba meja yang menghubungkan tubuh kita. Tubuh yang ingin bersama namun sebaiknya jangan. Kau meraba cangkir kopi panasmu tanpa ragu. Sesaat kemudian yang aku ingat adalah iri. Aku hanya ingin menjadi cangkir kopi panasmu. Yang kau raba dengan pasti. Yang kau kecup dengan penuh gairah. Sedetik kemudian senyummu melebar. Menampakkan deretan gigi putih yang kukenal. Dengan jarak sepersekian centi di antara masing-masingnya. Dan logikaku tak lagi berpihak. Aku mencintai setiap inci ketidaksempurnaanmu. Bagaimana guratan keningmu terbentuk tiap kau tak setuju dengan inginku. Garis-garis tanganmu yang bahkan tak lebih mulus dari tanganku. Dan setiap hela nafasmu yang aku nilai terlalu panas. Aku hanya tak bisa menjadi cangkir kopi panasmu. Aku tak bisa membuatmu tersenyum dengan sebegitu cintanya. Dan aku iri. Aku ingin menjadi cangkir kopi panasmu. Yang hangatnya menyentuh tubuhmu. Yang hangatnya menyita perhatia...

Hujan Sia-Sia

Dalam naungan kemarau panjang. Engkau masih berjalan lurus. Meniti setiap tetes peluh. Namun tak jarang air mata. Dan kau tak menyerah. Dalam semua kering ilalang. Di balik sekelibat senyuman. Kau tak berpaling. Dan aku menawarkan air. Namun kering lah yang kau cari. Kemarau yang tak mungkin kau serap lagi. Panasmu menyeruak nadi. Dalam sejumput hujan yang kutawarkan. Engkau hanya menikmatinya sesaat. Dan tanpa kata meninggalkan penat. Kemarau kau jelang. Kemudian aku mencintaimu. Dalam setiap tetes hujan dan kering kemarau. Setiap daun yang mengering dan basah karena embun. Dan semua alasan tanpa logika. Dan aku masih mencintaimu. Seberapa besarnya kau menolak hujan. Seberapa seringnya kau mencari kemarau. Kemarau itu tak baik untukmu! Pergilah, kau penat. Kau hanya terjebak dalam musim tak bertuan. Dan semua dedikasi hujan. Dalam semua keringnya kemarau. Cintamu memang bukan untuk hujan. Dan hujan bersabarlah. Tetes hujan tak ada yang sia-sia.

Kertas Usang

Aku adalah selembar kertas usang. Yang kau letakkan di sela-sela bantalmu. Aku selalu mengintipmu dikala kau memimpikan dunia yang kau sendiri tak bisa menjangkaunya. Aku adalah serpihan doa yang kau ucap setiap kau hendak berlalu. Setiap kau menyibakkan rambut keritingmu di antara kabut pagi kotamu itu. Di antara asap, debu, dan berguguran, dan suara anak kecil bermain kayu di jalanan sepi. Dan aku hanyalah selembar kertas usang. Yang bahkan kau sendiri tak tahu kenapa kau harus menyimpanku. Meletakkanku dibalik bantalmu setiap hari. Membacaku, melipatku, dengan tanganmu yang penuh peluh. Dan kau masih tidak meninggalkanku. Di antara setiap lembaran pagimu. Sehabis kau basuh kedua tanganmu. Di antara roti isi dan segelas susu tawar tanpa gula yang kamu minum tiap pagi. Dan aku masih di sini. Di bawah bantalmu aku menunggu. Lekaslah pulang. Aku menantimu. #SalamPuplyncess

Aku Ingin

Aku Ingin aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada Sapardi Djoko Damono, 1989 --------------- Dikutip dari buku baru gue, Hujan Bulan Juni, yang baru gue beberapa saat lalu saat mengadakan date night sm bebeb gue hehe. Gimana ya, sesungguhnya gue lagi sedih. Entah kenapa lagi pengen nangis. Mata juga lagi gampang panas. Entah karena OTK lg belajar evaporator kali ya hmmm wkwkk Menurut gue inti dari puisi atau prosa diatas itu tentang pengorbanan. But first, gue gatau bedanya puisi sm prosa wkkwkw Second, gue orang sotoy yg mencoba mengerti sastra :p Serius, kerasa bgt gak sih kalo love requires sacrifice, ever. Dan cinta itu..... sederhana. If you love him, everything you can do is loving him. No matter what. Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepad...

Sudut Ruang

Melihat ke sudut ruang seperti melihat sesuatu yang tak terlihat. Bukan, bukan tak terlihat, tapi suatu sisi yang sengaja tak ingin dilihat.  Suatu sisi yang kadang terabaikan, tapi kadang menjadi tempat bersandar untuk mencari sang sepi. Ya, jika anda ingin menemui sang sepi, pergilah ke sudut ruang. Di sana sang sepi selalu ada. Sang sepi yang selalu mencari kawan. Sang sepi yang selalu berteriak memanggil anda dari sudut ruang, teriakannya bahkan tak akan didengar. Sepi. Sepi bukan bising. Bahkan bertemn dengan bising pun tak mau. Tapi kadang sepi lebih bising dari suara-suara asing di sudut kota ini. Sang sepi ada di sudut ruang, suaranya menggema memantul dari dinding ke dinding. Tapi bising ada di sudut kota, suaranya terus mengikuti laju angin, suaranya terus berlalu dan.... Hilang. Sepi. Jadilah sang sepi yang menunggu di sudut ruang.  #SalamPurplyncess